Theater: Memahami Manusia
Jadi Orang Bali - 2010
Ada keunikan tersendiri yang ku dapatkan selama berlaga di dunia perteateran kampus, selain nilai-nilai kehidupan yang sudah kujabarkan di tulisanku sebelumnya #teater: belajar kehidupan! ada satu lagi ni yang mungkin menjadi sesuatu yang unik untuk disimak, apa itu? teater mengajarkan ku menjadi manusia yang lebih memahami manusia.
Kok bisa? bukankah selama ini proses ini sudah ku jalani selama bergaul dalam kehidupan bermasyarakat? dunia per-sma-an, sampai perkuliahan? Beda! proses yang ku jalani selama ini hanyalah melihat sisi luar dari manusia * orang lain, sisi luar maksudnya, yang ku tahu hanyalah sifar dasar mereka, profesi mereka tanpa mengetahui secara dalam bagaimana emosi setiap detik yang mereka kerjakan dan pikirkan.
terus, gimana cara teater mengajarkan memahami manusia?
![]() |
Dewa *Jubah Merah - 2011 |
- dalam teater kita dituntut untuk bisa memerankan satu karakter diluar diri kita, melepaskan ego pribadi kita untuk memainkan karakter tersebut sesuai dengan diri kita. misal ketika di pementasan Perempuan Pilihan Dewa *produksi teater UI gw dituntut untuk menjadi Dewa, Kakek-kakek Miskin, dan seorang pelayan bar #triple cast hoho, maka ketika di atas, gw bukanlah chevy, yang diatas panggung adalah seorang dewa, kakek, dan pelayan yang diperankan oleh chevy. dalam makna sederhananya, seorang chevy bertransformasi menjadi manusia lain.
- peran yang kita dapatkan harus bisa kita internalisasi, harus bisa kita pahami karakternya, dan kita mainkan sesuai dengan nyatanya. gw pernah menjadi #pelacur di pementasan Limbuk (n)jaluk Meried tahun 2009, jadi pedagang dan jadi pengawal. nah gw harus bisa merasakan perasaan seorang pelacur memposisikan seorang chevy menjadi pelacur, gw harus memahami bagaimana perasaan seorang pedagang dengan baik dan benar sehingga di atas panggung peran yang gw mainkan terasa wajar, mengalir dan jauh dari kesan yang dibuat-buat, intinya dalami karakter.
- kemudian proses pendalaman karakter mengajarkan kami memahami manusia secara lebih dalam, dalam proses ini, kami dituntut untuk paham 100% karakter yang kami mainkan, ketika kami dituntut untuk memerankan satu karakter, untuk mendalaminya biasanya kami akan melakukan sedikit riset kecil-kecilan, riset seperti apa? browsing di internet, kira-kita klo menjadi ini seperti apa? kehidupan nyatanya seperti apa? tempat dia tinggal seperti apa? dan akan bagus sekali klo langsung berkunjung ke tempat yang akan menjadi setting pementasan. seperti ketika membawakan peran seorang pelacur dulu, gw sempat browsing di internet gimana kehidupan gemerlap mereka, ketika menjadi pedagang gw pahami dengan cara mencoba memahami karakter suku gw Minang, hahha secara orang minang dikenal menjadi pedagang yang handal! hahah jadi nggak perlu research yang mendalamlah buat jadi pedagang, kayaknya udah ada dalam diri sendiri, hehe.
Pedagang - Singapore Performance - Selanjutnya, yang terakhir, jati diri, emosi, dan rasa dari tokoh yang kami mainkan akan bertahan lama dan melekat di dalam diri pemain, bagaimana tidak untuk mempersiapkan pementasan besar saja prosesnya berbulan-bulan dan kami harus berlatih, berlatih dan berlatih, dalam seminggu bisa 3 kali, dan kalau sudah H-sebulan, maka latihan setiap hari tak bisa dielakkan. Selama proses tersebut, karakter tokoh yang kita perankan, akan diulang-diulang sampai mendapatkan yang terbaik. dalam artian selama proses latihan harus benar-benar menjadi seorang pelacur bagi yang jadi pelacur, menjadi pedagang selama berbulan, menjadi pelayan, menjadi dewa daan tokoh lainnya.
Seperti inilah teater mengajarkan ku untuk memahami manusia, memahami manusia dengan cara langsung menjadi pribadi tersebut, bukan hanya melihat sifat luar mereka, tapi dengan menjadi diri mereka sendiri.
:):):) dan aku ingin menjadi manusia lain lebih banyak lagi #keepplayingtheater
Kostan tercinta, subuh baru kuleselaikan tulisan ini
18 desember 2012 05.16 PM