twitter



Hidup ditengah minoritas memang tidak mudah kawan, hidup di tengah masyarakat yang tidak kita ketahui budaya mereka, agama yang beda, dan pandangan tentang hidup yang juga berbeda.

Rabu, 23 Augustus 2008 aku menapakkan kaki disebuah sekolah di negeri adidaya tersebut, hal pertama sangat mengagumkan, sangat menyenagkan bagiku, hidup baru yang akan menjadi sejarah perjalanan hidupku. “ chapel service” kata pertama yang aku kenal hari itu. Setiap hari rabu berikutnya hal ini adalah hal rutin yang kukerjakan. Hari pertama masuk ke dalam chapel hatiku langsung menangis, takut, resah, gelisah dan tak terasa air mataku. Tangis itu ku tuju karena rasa cintaku pada-Nya, mulut ini hanya bisa mengucap tahmid, tahlil, takbir dan mengucapkan kata mohon ampun atas hal yang terjadi, aku merasa tahut sang khalik akan marah kepadaku kawan. Seharusnya aku mungkin tidak menangis kawan, karena kegiatan ini adalah kegiatan untuk menyampaikan informasi dan penyambutan bagi siswa, tapi hal ini diluar yang ku duga, ternyata salah satu pembicaranya malah memberikan wejangan-wejangan yang berbau keagamaan kental yang ketika aku dengar adalah hal yang sangat bertentangan dengan sanubariku. Hari itu hari yang embuatku merasa semakin lebih mendekat kepada-Nya, karena aku takut padanya. Hariku disani akan semakin keras dan apabuila aku tidak kuat menjalaninya aku takut aku akan jauh dan terjatuh ke arah yang salah.

Seharian air mata ini tidak bisa berhenti, apa yang harus kulakukan, kembali ke indonesia atau bertahan disini? Aku bingung kawan, aku tahut dan sedih. Tapi akhirnya aku tidak tahu kekuatan datang dari mana aku bertahan. Memang setelah hari pertama itu aku tidak pernah mendengar wejangan-wejangan seperti yang sebelumnya. Kami hanya memberikan informasi-informasi dan saling berbagi ilmu satu sama lainya. Hati pertama aku menangis di dalam chapel ini, 2 minggu kemudian aku yang menjadi pembicara di dalam chapel, aku mendapat kesempatan untuk memperkenal kan INDAHNYA ISLAM kepada semua masyarakat di sekolahku, aku berbicara tentang dunia islam dan pandangan islam tentang kehidupan.

Memang awalnya aku merasa khawatir kawan hidup sebagai minoritas, takut beribadah seperti apa, takut ntar shalat gimana, takut ntar puasa gimana, makanannya halal atau ngak? tapi yang aku hadapi ternyata ngak seberat yang dipikirkan sebelumnya, semuanya tergantung dari HATI ini kawan, kalau kita yakin akan hidayah, akan cinta dari Allah dimanapun kita berda dia akan selalu berada di hati ini, akan menjaga hati ini, akan menuntun hati ini. Tidak ada rasa takut dan susah yang aku rasa, aku masih bisa beribadah, aku masih berpuasa full, alhamdulillah semua itu hanya satu katena HATI INI MERASA TENTRAM DALAM INDAHNYA ISLAM.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, datang lagi ya.