Pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja / Mahasiswa dengan Transtheoritikal Model Dalam Ketahan Remaja
Dalam salah satu mata kuliah yang saya ambil di semester ke-3,
saya termenung oleh penjelasan dosen yang menjelaskan bahwa betapa remaja saat
ini sangat rentan akan bahaya-bahaya dari pergaulan modern yang menjerumuskan.
Remaja menjadi sasaran yang empuk bagi penjual barang-barang haram seperti rokok,
narkoba, minuman keras. Mereka adalah tempat yang dinanti-nantikan oleh virus
HIV dan penyakit kelamin untuk berkembang biak serta pergaulan bebas yang siap
menyapa kapan saja. Lalu haruskah kita diam disaat tuntutan zaman semakin berat
dan kebetuhan akan agen-agen perubahan sangat dinantikan? Jawabnya tentu saja
tidak. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan merubah
permasalahan di atas. Salah satu solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
di atas adalah dengan pembentukan pusat informasi dan konseling remaja atau
PIK-R. Upaya pelayanan seperti PIK-R memang sedah berjalan, namun yang menjadi
pertanyaan efisienkah PIK-R yang berjalan sekarang? Pengembangan PIK-R dengan
metode baru dirasa perlu untuk kemajuan yang lebih baik
Sebelum kita melangkah lebih jauh ada baiknya kita
mengenal terlebih dahulu objek atau sasaran dari PIK ini. Remaja adalah sasaran
yang ditilik oleh PIK guna mempertahankan keetahanan mereka agar tidak
terjerumus ke dalam hal yang merugikan. Remaja dapat didefinisikan mereka yang sedang mengalami perubahan fisik,
emosi dari anak-anak menjadi dewasa. WHO ( 1993) menetapkan bahwa remaja adalah
mereka yang berusia 10-24 tahun, sedangkan di negara kita Indonesia Departemen
Kesehatan RI (2002) menyebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara
10-18 tahun dan belum menikah.
Masa remaja adalah masa-masa dimana setiap orang berada
dalam titik pencarian suatu dalam diri mereka, menjadi kebenaran, jati diri dan
masa pembuktian akan eksistensi mereka. Masa-masa ini adalah waktu dimana
emosi, pikiran mereka mudah terombang ambing dan gampang menerima pemikiran
baru dari luar yang dengan mudah dapat mereka tiru, dan ikuti. Dan keadaan ini
mengantarkan remaja dalam situasi yang berisiko. Setidaknya ada tiga faktor
yang menyebabkan remaja berisiko:
- Lingkungan sosial dan ekonomi
lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan perilaku manusia. Keadaan remaja yang tidak
stabil sangat mudah terpengaruh oleh lingkunga mereka. Lingkungan yang buruk
akan bisa menyebabkan remaja berperilaku menyimpang, hal ini dapat terjadi
karena ia melihat hal yang terjadi dilingkungan dan menganggap itu adalah hal
yang lumrah atau biasa
- Informasi dan keterampilan
Informasi dan keterampilan juga menjadi faktor yang
berperan besar dalam masa-masa remaja. Dalam pencarian jati diri mereka
membutuhkan informasi dan kecakapan. Keterbatasan informasi akan kecakapan
hidup, kesehatan reproduksi, bersikap menjadikan mereka buta dalamn menapaki
hari-hari mereka.
- Akses pelayanan kesehatan
Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga
negara, namun kendala yang ada adalah akses pelayanan kesehatan remaja masih
sangat minim. Semisal akses akan informasi kesehatan reproduksi remaja di
banyak wilayah masih ditabukan dan ditup-tutupi, akhirnya remaja mencari jalan
pintas yang melah mengantarkan mereka pada informasi yang menjerumuskan.
Mari kita lihat realita yang timbul dan terjadi pada
remaja yang menjadi tumpuan harapan bangsa di negeri kita ini. Masalah-masalah
kesehatan di indonesia tidak henti-hentinya menjangkit, HIV/AIDS yang merebak,
penggunakan narkoba yang menjamur, rokok yang sudah sangat meluas. Permasalahan
kesehatan di atas telah sukses mengantarkan berjuta remaja indonesia menjadi
generasi yang rusak dan sangat memprihatinkan, setiap tahun jumlah penderita
dari setiap lini permasalahan di atas meningkat dan yang menjadi subjek
penderitanya adalah remaja.
Berdasarkan data yang didapat dikatakan bahwa:
Ø Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) pada 2010 menunjukkan, 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan
seks pranikah. di
Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan.
Dari data diatas sapat kita lihat betapa angka-angkat
tersebut sangat memprihatinkan, sek bebas seakan menjadi trend, hal ini sangat
disayabngkan terjadi
Ø untuk
data jumlah pengguna Narkoba di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian BNN
dengan Puslitkes UI pada tahun 2008, menyebutkan bahwa angka prevalensi
penyalahguna Narkotika di Indonesia telah mencapai 1,99 % dari total populasi
penduduk atau 3,6 juta jiwa.
Ø Data Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran
Gelap Narkoba Badan Narkotika Nasional tahun 2007, lebih dari 22.000 kasus
narkoba terjadi di kalangan siswa SMA, 6.000 kasus siswa SMP, dan 3.000 kasus
siswa SD.
Ø Selain itu, data tentang penyalahgunaan narkoba
menunjukkan, dari 3,2 juta jiwa yang ketagihan narkoba, 78 persennya adalah
remaja.
Tidak jauh dari permasalah sek bebas, narkobapun menjadi
permasalahan dalam diri remaja yang harus disoroti.
Dari permasalahan di atas yang harus kita lakukan adalah
melakukan langkah yang kompresensif sehingga permasalahn di atas tidak meluas.
PIK-R akhirnya menjadi langkah dasar yang dapat dilaksanakan untuk mencegah dan
menurunkan angka remaja yang berisiko tadi.
PIK-remaja adalah pusat informasi dan konseling yang
bertujuan untuk memberikan informasi-informasi, sarana pembelajaran dan
bimbingan bagi remaja. Kemudian seberapa efektivkah PIK-R? Dari pengalaman
pribadi saya merasakan keberadaan di kampus PIK masih belum terasa, hal ini
terjadi karena masih sedikitnya program-program dari PIK yang menyentuh
langsung kepada mahasiswa.
Hal yang harus dilakukan dalam peningkatan program PIK-R
adalah dengan lebih melakukan kegiatan promotif secara berkala. Promosi
kesehatan yang masif sangat diharapkan untuk menunjukan keberadaan PIK-R dan
juga sarana untuk mencapai misi-misi dari PIK-R untuk menjaga ketahanan remaja.
Menurut pendapat saya PIK-R harus mengembangkan programnya dengan memahami
teori perubahan perilaku dalam hal ini saya mengambil teori Trans Teoritikal
Model( TTM ) oleh Jamas O Prochasha dan C.c Diclemente.
Teori ini diperlukan bagi setiap elemen terutama bagi
PIK-R untuk memahami apa saja yang dibutuhkan dan disiapkan untuk dapat
menyelesaikan permasalahan dalam remaja yang semuanya berhubungan dengan
perilaku. dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam tahap perubahan perilaku
tersiri dari 5 langkah pokok yang harus dilakukan.
- Pre-Contemplation
Tahap ini adalah tahap dimana seseorang yang tidak pahan
akan keadaan, perilaku dan tindakkannya. Mereka masih belum memahami dan
memiliki informasi yang cukup sehingga mereka melakukan perilaku yang
menyimpang. Adapun program intervensi yang
dapat dilakukan adalah dengan memasifkan penyuluhan, direct selling akan
informasi-informasi yang berhubungan erat dengan kebutuhan remaja, meningkatkan
kepercayaan diri remaja untuk berperilaku sehat dengan penyuluhan kesehatan
- Contemplation
Tahap dimana seseorang mulai memahami dan merenungi
pengetahuan yang mereka dapat, tahap ini adalah tahap dimana mereka memikirkan
apakah mereka akan mengambil langkah berikutnya atau tidak. Intervensi yang
perlu dilakukan adalah dengan tetap memberikan pemahaman-pemahaman terkait
keburukan atau akibat dari perilaku yang tidak sehat. Mentoring masih tetap
dilakukan, penyuluhan masih sering dilakukan dan pemantauan secara menyeluruh
pada remaja.
- Preparation
Adalah tahap dimana seseorang telah mengambil keputusan
untuk berubah, namun belum mengabul langkah yang pasti, dalam artian niat sudah
timbul dalam hati mereka untuk berubah. Dalam tahap ini seseorang masih sangat
perlu perlakuan khusus untuk memperkuat niat perubahan dalam dirinya.
- Action
Merupakan langkah nyata perubahan yang diambil. Perubahan
dilakukan, dalam hal ini kita harus bisa melakukan intervensi dari berbagai
aspek supaya perubahan dalam berjalan lancar. Perlu dilakukan intervensi
lingkungan yang menyeluruh, mengkondisikan keadaan lingkungan untuk mendukung
aksi ini.
- Mantenance
Adalah tahap penjagaan agar mereka tidak kembali
mengulang perbuatan terdahulu. Tahap ini dilakukan dengan tetap melaksanakan
monitoring, pengingatan secara berkala, dan tetap menjaga kondusivitas dari
lingkungan sekitar mereka.
Keuntungan Memahami Transteoritikal Model adalah
- Memudahkan kita dalam melakukan intervensi guna
melakukan perubahan sikap
- Mengetahui dan memahami tahap-tahap perubahan
perilaku manusia
- Memudahkan dalam membangun atau membentuk
kegiatan-kegiatan dalam penyuluhan
- Adalah terori yang memudahkan melakukan program
penyuluhan dalam melihat sejauh mana seseorang dalam merespon intervensi
yang diberikan
Dengan memahami teori perubahan perilaku diatas
setidaknya pengembanga kurikulum PIK-R bisa melihat kebutuhan dan sasaran untuk
merubah perilaku remaja dengan lebih mudah. Hal yang akhirnya bisa dilakukan
setelah memahami konsep diatas adalah:
- Memasifkan informasi kesehatan remaja secara menyeluruh
di berbagai aspek, dengn penyuluhan secara intens, pelatihan kecakapan remaja,
membuat media komunikasi yang masif
- Membuat kondisi lingkungan tempat PIK-R berada kondusif
untuk memahami, memperlajari dan periapan untuk mengkonsidikan remaja untuk
berubah
- Menyediakan konselor kesehatan yang bergerak aktif bukan
pasif, karena emua tentang bagaimana seorang agen-agen PIK-R bergerak secara
terbuka dan nyata bukan menunggu suatu hal yang fatal baru diselesaikan.
- Membentuk agen-agen dari dalam diri remaja sendiri yang
kapabilitasnya sangat tinggi dan memiiki kecakapan komunikasi yang lancar.
Mereka harus dididik untuk paham akan teori-teori perilaku sehingga kerja
mereka tetap sasaran
- Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menguatkan
perubahan perilaku yang diambil remaja, semisal disekolah yaotu dengan memasang
sapanduk-spanduk, poster-poster yang berhungan dengan kesehatan remaja dan
habaya perilaku menyimpang si sudut-sudut stategis sehingga lingkungan terasa
nyaman dan memberikan pengaruh yang positif bagi remaja.
- Dalam artian singkat semua tempat yang berhubungan dengan
remaja harus dikondisikan dalam keadaan yang tidak membuat mereka berperilaku
negatif
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa PIK-R adalah langkah
yang harus didukung untuk mengatasi perilaku remaja yang berisiko. Namun
keberadaan PIK-R sendiri masih harus tetap ditingkatkan karena kita msih
melihat bahwa msih banyak remaja yang akhirnya berperilaku tidak sehat seperti
narkoba, seks bebas dan lainnya.
Sarab yang dapat saya ajukan adalah
- PIK-R perlu dikembangkan dengan menggunakan teori
perubahan perilaku Trans Teoritikal teori
- Dibentuk agen-agen sebaya yang memahami konsep perilaku
dan memilki kecakapan komunikasi
- PIK-R harus lebih masif dalam melakukan pencerdasan
kepada remaja, bukan menunggu dan dian, karena konsep promosi dan pencegahan
sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah remaja
- Buatlah lingkungan yang kondusif untuk remaja belajar,
memahami dan bertindak.
- Membuat media-media informasi yang persuasif dan
menyeluruh ke semua tempat yang sangat erat dengan remaja
Daftar
Pustaka
- BKKBN: 51 Persen Remaja Jabotabek Tidak Perawan http://arsipberita.com/show/bkkbn-51-persen-remaja-jabotabek-tidak-perawan-110115.html
- Gaul OKE, Narkoba NO WAY, Prestasi MY WAY, 31 juli 2009 http://202.70.136.97/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3504&Itemid=2
(Depkes RI)
- Kurniawidjaja, LM. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja.
Jakarta: UI Pres. 2010
Makalah sederhana saat pemilihan duta Mahasiswa GenRe BKKBN 2011
December 24, 2012 at 9:03 PM
like