twitter




Minggu yang cerah ditemani semilir angin aku berjalan tertatih mengikuti ibu yang sedang bekerja mencari sesuap nasi untuk keluargaku. Namaku rangga, nama yang cukup tampan bukan!. Dalam usiaku yang menginjak 2,5 tahun ini, aku sudah menjadi partner ibu yang paling setia, setiap hari aku menemani ibu bekerja. Aku bukanlah penghalang bagi ibu tapi aku adalah teman kerja ibu yang membantu, bukan memberatkan pekerjaannya.

Dilahirkan di keluarga miskin adalah hal yang harus kuterima dengan senang hati, aku tidak memilih dan meminta kepada tuhan agar aku dilahirkan di keluarga yang kaya, tapi aku menerima keadaan ku ini dengan cinta. Dibandingkan dengan teman seumuranku, mungkin mereka sekarang sedang bermain dengan mobil-mobilan mewah, ataupun robot-robotan canggih yang dibelikan oleh ayah dan ibu mereka. Tapi aku lebih hebat dari mereka karena aku bukanlah anak yang hanya meminta dan merengek, tapi aku adalah anak yang bisa membantu orang tuaku mencari nafkah.

Namaku rangga dan aku sudah membantu ibuku dalam mengumpulkan sampah –sampah yang nantinya dijual untuk kehidupanku. Jari kecilku dan langkah ku yang masih kurang kokoh tidak membuat aku lemah, jari ku sudah telaten mengambil botol-botol minuman di tempat sampah, aku bisa memilah – milah botol yang kotor dan bersih. Dari tempat sampah, aku cek apakah botol minuman bersih atau tidak, yang bersih akan langsung aku masukan ke dalam plastik pengumpul dan yang kotor aku akan bersihkan sebisa ku. Kalau aku pikir sekarang mungkin aku lebih telaten bekerja dari pada remaja kota yang terbiasa hidup instan

Hari minggu ini aku kembali menemani ibu bekerja, dari pagi sampai sore ini aku tidak merasa capek dan lelah, karena aku, rangga umur 2,5 tahun tahu bahwa ibu lebih capek dan letih dariku, aku harus bisa menolong ibu, cintanya padaku tidak terkira, aku yang dititipkan tuhan kepadanya telah menambah beban hidup ibu, aku anak ke-5 dan ini menambah beban ibu untuk menghidupi semua anaknya. Aku tidak boleh mengeluh walau jari tanganku kecil , langkahku goyah aku siap membantu ibu.
Ibu berjalan jauh di depan, dan langkah kecilku mengikuti di belakangnya,
“ ibu itu banyak botol-botol di tong sampah” kataku, aku langsung berlari riang untuk memungut sasaranku.
“ iya nak, hari-hati jangan berlari terlalu cepat”
“ dugh.. aduhh..” benar yang dikatakan ibu, aku teralu senang berlari, dan ngak melihat lobang didepanku, tapi ngak apa2 aku harus kuat
“ tu kah, udah ibu bilangin, mana yang sakit nak” ibu membelaiku hangat.
“ hahaha’ aku hanya tertawa.

Tangan kecil langsung memilah dan mengambil sampah dan memasukkan nya ke plastik pengumpul. ku lihat ibu di tong sampah seberang juga melakukan hal yang sama denganku. Wajah ibu sudah menua dan kelihatan kerut-kerut kecil di pinggir matanya, tapi semangat ibu tiada tara, senyumnya tetap mengembang ketika bekerja, tak ada keluh kesah yang terucap.

Sungguh ibu, senyummu sangat membahagiakan ku, aku tidak menyesal dan marah kepada tuhan kenapa aku dilahirkan dari rahimmu, tapi aku bersyukur kepada tuhan karena telah memberikan rahimmu untuk menjagaku sembilan bulan dan melahirkanku dan menjaga diriku, aku cinta engkau ibu. Andai aku sudah bisa berbicara lancar, dan berumur lebih tua dan tanganku sudah bisa mengangkat bawaan berat mu itu , tak akan kubiarkan engkau bekerja seberat ini, tapi biarlah ibu, anakmu ini akan tumbuh besar dan akan menjadikan dirimu hidup senang dan bahagia. Kau hanya perlu duduk-duduk sambil menghirup udara yang agak apek di depan rumah kita dan akulah yang akan mencari uang untuk engkau. Ini adalah janjiku ibu, anakmu Rangga, umur 2,5 tahun

Inilah aku Rangga, umur 2,5 tahun dan aku adalah rekan kerja ibuku memungut sampah-sampah botol untuk menghidupi keluargaku. Aku bahagia karena aku cinta ibuku.

Nb: terinspirasi dari pemulung kecil yang kulihat di sekitar PERPUSTAKAAN PUSAT UI.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, datang lagi ya.