twitter



Akhirnya, setelah sekian lama, mmm lebih kurang 4 tahun memendam hasrat untuk menuliskan cerita ini, dan kali ini ku kuatkan hati untuk menuliskan kisah yang ku sesali dan akan ku ingat sampai................, kapan? I don’t know.

Here the story goes. Waktu itu aku menginjak awal tahun terakhir di SMA, sebut saja SMA Ceria. SMA ceria adalah salah satu SMA terbaik di daerah ku berasal, dengan konsep boarding school, selama 3 tahun ku habiskan masa ber-SMA disana. Begitu banyak cerita yang terukir, begitu banyak memori yang tak kan terlupakan. Oke back to fokus. Menginjak tahun ketiga, mmm sangat bersemangat tentunya.
Cerita dimulai. Saat itu adalah awal masuk tahun ajaran baru, aku dan seluruh siswa kembali masuk ke asrama tercinta, dengan semangat membara untuk menamatkan pendidikan terakhir disana, dan yang pasti semangat untuk melepas “taragak” ( rindu.red ) dengan teman-temanku. Oke. Aku mempunyai teman dekat yang selama satu tahun kebelakang menjadi sahabat, menjadi teman se-permainan  ke mushala bareng, bermain musik bareng, dan yah, curhat bareng. Lupa, aku adalah angkatan ke-2 di SMA Ceria dan kami satu angkatan tidak memiliki siswa cewek. Sebut saja namanya Omar ( samaran. Red ) hahha. Yap. Teman dekatku.

Awal masuk asrama, kami langsung berbondong ke mading di tengah asrama, untuk melihat kamar baru manakah yang menjadi tempat baru kami. Dan ternyata, kamar 10, dan kau tahu apa, aku sekamar dengan Omar. Huf, sebenarnya aku tak ingin sekamar dengan Omar.Baiklah sekamar, dan tugas awal kami adalah gotong royong membersihkan kebun di halaman depan asrama sesuai dengan nomer kamar. Aku masih bercanda dengan Omar, masih bisa bergitar dan bernyanyi sembari membersihkan taman kami. Kami sekamar berempat orang.

Setelah gotong royong, di mulailah tragedi “TANGO”. Sudah suatu kebiasaan kami, setelah berlibur saling berbagi makanan. Nah saat itu aku mendapat makanan terakhir dari salah satu teman, dengan bergulat terlebih dahulu untuk mendapatkannya, hahaha , aku kangen saat-saat itu. Aku kembali ke kamar dan kudapati Omar sedang duduk di bangku belajar. Iseng akupun memanas-manasi Omar dengan makanan yang kudapat. “Mmmmm enak sekali omar, huekk” dan memakan dengan nikmat nya. Omar tak mau kalah, dengan tampang tak kalah serunya, dia berkta “ oke, ngak masalah, gw ada makanan juga” dan Tango Vanillapun keluar dari lemari Omar. Makanan kesukaan kami berdua, ya kesukaan ku dan Omar. Dan sebaliknya, sekarang Omar yang memanas-manasiku, dengan tampang penuh kemenangan dan senyum jahilnya, dia memanggil teman-teman yang lain, sambil tiduran di tempat tidurnya, mereka memakan tango dengan lahapnya, dan tinggallah aku sendiri hanya menelan ludah sendiri. Dan aku pura-pura ngambek, langsung pura-pura tidur di tempat tidurku, berseberangan dengan tempat tidur Omar. Mereka tetap tertawa sambil makan dan still memanas-manasiku. Omar masih tetep sahabat terbaikku, dan dengan segera dia menyisihkan tango untukku. Temanku yang lain, si cawan, mulai semakin menjadi, dia langsung berbuat jahil, mengambil tango, dan menyuruhku untuk memakannya, dan dengan egoku, aku hanya memakan sedikit saja dan meletakkan di samping bantalku,’’ masih ngambek, pura ku”. Tango yang disisihkan Omar di tarohnya di sampingku, masalah mulai datang tak kala teman sebelah kamarku datang berkunjung, dan melihat tango tadi, diapun meminta ijin untuk memakan nya, dan aku berikan. Dan tinggal lah secuil tango yang tadi ku makan, yang disisihkan Omar di makan semua oleh Arfal. Permasalahn muncul, Omar melihat hal itu, dan baru akhir-akhir ini aku sadari, sifat melankolis yang dimiliki Omar. Omar marah karena merasa tidak dihargai atas apa yang dia berikan kepadaku. Tango itu dia sisihkan untuk ku, dan aku memberikan kepada orang lain tanpa menyicipinya, itu yang Omar rasakan pastinya. Perasaan nya terluka, sahabat terdekatnya tidak menghargai pemberiannya, tapi Omar tidak tahu bahwa aku mencicipi tango itu kok, yang tadi ku taroh di samping bantalku.

Sejak saat itu tidak ada lagi sapaan yang diberikan Omar kepadaku, dan sebaliknya, aku juga, satu tahun persahabatan yang sangat erat, hancur berkeping-keping, mungkin kemarahan Omar sebegitu besarnya. Salahnya aku adalah dengan bersikap egois juga, yang kupikirkan, ya sudah, kalo ngak mau nyapa! Ya gw juga enggak sapa. Berimbas sampai sekarang kisah tango ini, di kelas yang awalnya Omar duduk di belakangku, langsung berpindah tempat, yang biasanya jika ke mesjid dia pasti menungguku, kalau berolah raga pasti berantem dan saling ledek, hilang tak berbekas, melirik saja mungkin tidak.

Satu hal lagi, satu tahun itu, masih ingat di atas? Aku dan Omar sekamar! Ya, no talking, so seeing each other. Untuk berkomunikasi saja sangat susah, ego ku dan dia sama-sama tinggi nya. Yang lucunya, untuk berkomunikasi kami memakai surat yang diselipkan dibawah bantal. Hahahaha dasar anak SMA,ya. Ketika ulang tahun Omar, ku selipkan kata selamat lewat surat, dan balasannya pun lewat surat. Aneh.....dasar anak SMA.

Bayangkan saja, sudah saling meminta maaf di dua momen yang tidak biasa, sebelum ramadhan dan awal masuk sehabis idul fitri, mungkin perasaan marah sudah hilang, tapi ego untuk mulai menyapa seperti masa –masa kelas dua sangat sulit terulang. Setahun sekamar, tapi saling mengasingkan. Hhahaha, bahkan teman sekelasku, sudah mengatur banyak hal agar kami dapat kembali menjadi sahabat seperti sebelumnya, mereka tahu permasalahan kami, namun ego ini masih kuat, aku dan Omar sudah seperti Air dan Minyak, mungkin. Olok-olokan teman-temanpun sering terdengar, haha olok-olokkan agar kami kembali bersatu kembali ( memangnya apa gitu, bersatu lagi!) hahaha no respon on it! Dan imbasnya sampai saat ini masih terasa, walau sudah berpisah setelah satu kamar di SMA tanpa komunikasi di tambah masa kuliah tetep saja, ketika bertemu, kami berdua akan saling diam, menyapa sekedarnya, bahkan untuk saling mengatakan “ Omar tolong bisa....apa gitu, akupun enggan dan mungkin sebaliknya” ketika sedang bermain ke kampusnya Omar dan menginap di Kostannya aku lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman SMAku yang seperguruan tinggi dengan Omar dan satu kostan.

Kalo sekarang ku flashback kembali, aku hanya bisa tertawa, sebegitu besar sekali “Tango” mengubah persahabatan kami. Bukan tango nya yang kusalahkan lho!, aku masih sangat menyukai tango, dan tetap menjadi favoritku, namun yang ku sesali adalah sikap dan tindakan yang aku lakukan, jika aku memakan tango yang disisihkan Omar mungkin ceritanya akan beda.

Tapi yang terjadi, terjadilah, buat apa disesali, walau akhirnya sampai sekarang aku dan Omar tidak berkomuniksi seperti kelas 2 SMA dulu, memori itu akan tetap melekat, yap selalu teringat, curhatan kami tentang “cewek taksiran” ahhaa, tentang perasaannya, saat malam-malam melihat bintang bersama. Saat kemushalla, olah raga, dan berbagai momen lainnya.

Walau kini sudah berbeda, namun tetap buatku Omar adalah salah satu sahabat yang sangat berarti buatku, walaupun saat kata sangat sulit terucap sekarang, tapi tetap biarlah “Tango” yang menyimpan cerita ku. We still best friend don’t we Omar?!

@kostan tercinta, 5 Februari 2012

2 comments:

  1. aduuuh...
    nila stitik, rusak smuany

    jgn mnyerah,,,,,
    law tak d acuhkan, tak ada slahny tetap d tegur atw brcerita2 spt sebelumny.. law canggung, usahakan staydo it... lawpun d cap sok rame, SKSD, tw di "caliak ereng" d subjek

    rata2 org ngambek (kebanyakan melankolis) ndak bisa mulai duluan law lah berang, nahh... tak penting siapa yg salah tw siapa yg memulai tragedi...

    q yakin,,
    dia tak marah, hanya kecewa berat

  1. hahahha, iya mudahan bisa jadi temen baik lagi lah setidaknya de'. thanks saran nya, i'll do it.

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung, datang lagi ya.